- Home >
- Hot Tea (With Milk) >
- Knowledge or Mark?
Posted by : Unknown
Jumat, 13 Februari 2015
Good night, all! Nggak biasanya nih W post malem - malem gini. Baru sempatnya jam segini sih.
Jadi apa nih yang mau W tulis? Kok ada nama orang di judul? Pliiiis, itu Mark-Nilai, bukan Mark-Zuckerberg or Mark - Mark lainnya.
Jadi gini, W curhat sedikit ya. Hasil beberapa mata kuliah buat semester ini udah keluar nih. You guessed what? Bisa jadi bener, bisa jadi enggak. Yang jelas, 'performa' W semester ini nggak bagus deh. Hasilnya cukup bikin kecewa W :'(.
Padahal selama ini W bukan penganut 'Nilai adalah Segalanya', tapi entah kenapa kok ngelihat nilai yang agak anjlok gitu bikin sedih juga. Nah itu yang mau W omongin.
Jadi ya, ada beberapa prinsip yang lazim kita temui pada Siswa/Siswi maupun Mahasiswa/Mahasiswi. Apa aja itu? Check this out!
- Yang pertama penganut prinsip 'Knowledge is Everything'. Orang dengan prinsip ini adalah orang yang selaluuuuuu belajar. Whenever you ask him/her or whenever you check them out, yang terlihat atau yang mereka jawab adalah 'belajar'. Orang tipe ini biasanya terlalu memaksakan diri (walaupun dalam banyak kasus emang mereka orang pintar) buat belajar sampai - sampai kegiatan lain pun tak ada. Pulang sekolah/kuliah udah sore, masih ditambah les, belum lagi ntar pulang ke rumah masih ngerjain PR, belum lagi ntar habis ngerjain PR masih belajar lagi buat besoknya. Huaaah, cape deee...Tapi bukannya orang dengan tipe ini nggak baik juga loh ya, bisa jadi mereka adalah ilmuwan - ilmuwan masa depan.
- Yang kedua menganut prinsip 'Marks
Zuckerbergis Everything'. Orang yang mendewakan nilai lebih dari apapun. Teoritis, istilahnya. Mereka dengan cara apapun bakalan mengejar apa yang dinamakan nilai. Banyaknya sih belajar, which is good ya, tapi ada juga loh yang demi apa mereka ini suka nyontek temennya waktu ujian, but kampretly, mereka nggak mau dicontekin. Bangke banget kan? Sampe ada guru/dosen ngasih dia nilai kurang dikit aja, B misalnya, mereka bakal protes berat seolah - olah merekalah yang bikin 1000 arca di Candi Prambanan. Padahal tingkah dan efforts mereka biasa - biasa aja, bahkan cenderung curang seperti di atas tadi. Super bangke. Biasanya, walaupun ends up nilai mereka paling bagus, mereka nggak begitu disukain sama temen - temen sekelas. - Yang ketiga biasanya terdiri dari banyak golongan. Ada yang dasarnya emang kurang rajin, ada yang dasarnya emang pinter, tapi mereka nggak terlalu peduli soal nilai ataupun ilmu, ada juga yang sebenarnya emang bego, tapi sok - sokan ceramahin temennya soal ngejar nilai tuh nggak baik, yang penting ilmunya. Cukup bangke juga, tapi biasanya mereka ini adalah party animal atau orang yang hobi banget main ketimbang belajar. Prinsip hidup mereka adalah 'Knowledge and Marks is Important, but Hang Out is
ImportanterMore Important'.
Lemme say, setiap orang berbeda - beda, cuma emang anggapan mereka tentang ilmu dan nilai itu berbeda. Jadi mana yang lebih penting? Ilmu atau nilai? Dengan mengesampingkan skill lho ya, secara faktor satu itu emang PENTING banget.
Well, orang - orang yang bilang nilai itu lebih penting, you're not wrong. Idealis as shit banget kalau kalian bilang ilmu itu lebih penting. Sekarang coba, kalau di ijazah atau transkrip nilai kalian ada yang buruk. Ketika kalian ngelamar kerja, otomatis sebelum tes wawancara HRD or whatev in charge pasti ngecek CV kalian dong? Bayangin bertebaran nilai C(Masih mending) atau bahkan D di catatan kalian. Dijamin mereka yang ngecek bakal ngerutin dahi dan bilang "Berani banget ni anak ngelamar kerja di sini? Di posisi XXX(posisi yang kalian lamar) pula.". Dan kemungkinan besar kalian bakal di-ditch sebelum tes wawancara.
Jadi nilai itu lebih baik dari ilmu? That is not quite right. Katakanlah kalian lolos tes wawancara dan akhirnya dapat pekerjaan yang kalian inginkan. Without knowledge, how will you do your job which is, kita anggep aja scope kerja kalian sama dengan ilmu yang kalian pelajari sebelumnya? Pake ijazah/transkrip nilai doang? NGIPI! Yang ada kalian bakal bengong di tempat kerja karena nggak tau musti ngapain dan akhirnya ya, di-ditch juga. Ketahuan deh kalau kerjaannya nyontek waktu sekolah/kuliah.
Jadi keduanya penting kah? Hmm, aside of skill aspects, iya. Berusaha, cool. Do it. Dan sisanya serahkan pada usaha itu. Diiringi usaha, nilai itu pasti mengikuti lah.
Tapi sebagai penganut prinsip hidup yang ketiga, I'll say balance your life. Kalau belajaaar terus gimana bisa tahu apa yang terjadi di sekitar? Kalau maiiin terus mana usahanya? Yahh, barangkali setelah ini W akan sedikit mengurangi hang out dan main game dan belajar sedikit -3-. Untuk nilai anjlok yang sudah terjadi ya sudah, terjadilah...